PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Terkadang selama
hidup kita enggan menyimak tanda-tanda kekuasaan Allah yang telah
tampak di depan mata, musibah yang melanda berbagai negeri, keadaan
akhir masyarakat Indonesia, dan persoalan bangsa yang kian hari kian
kompleks. Padahal sejatinya semua itu adalah pelajaran berharga bagi
kita dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.
Ibnu Khaldun memberikan informasi seputar tatanan dalam bermasyarakat, pertama saling tolong menolong, kedua konsisten dan ketiga disiplin. Sejak kecil hingga saat ini tumbuh dewasa kita tidak bisa terlepas dari sebuah komunitas dalam masyarakat, bahkan masyarakat itu sendiri adalah bagian dari komunitas kita. Selama ini kita banyak belajar dan menimba ilmu pengetahuan dan pengalaman dari guru-guru kita, orangtua, sahabat, ulama, kitab suci, dan lingkungan masyarakat tempat tinggal kita.
Hasilnya, ada yang memuaskan dan tidak banyak pula yang merugikan. Kenapa terjadi demikian? ada kesalahan teknis metodik dalam memahami cara bermasyarakat, selama ini kita berpedoman pada literatur tekstual saja, tetapi melupakan literatur kontekstual yang selalu hidup dan berkembang dalam masyakarat. Oleh sebab itu, saya akan mengajak kita semua mengkaji lebih dalam tentang filosofi binatang ciptaan Allah Sang Maha Pencipta dalam rangka melihat lebih dekat kehidupan mereka dalam bermasyakarat. Kendatipun mereka adalah binatang, namun mereka mempunyai tuntutan hidup, manajemen bermasyakarat dan filosofi tersirat yang harus kita pedomani.
Tiga jenis serangga yang menjadi nama tiga surat dalam Alquran adalah semut (An-Naml), laba-laba (Al-Ankabut), dan lebah (An-Nahl). Ketiga binatang itu punya ciri yang khas dan unik. Ketiga binatang kecil ini menjadi kisah dalam Al-Quran tentu ada sebabnya, mengapa menjadi contoh dan dicontohkan, menjadi suri tauladan dalam kehidupan kita.
Ibnu Khaldun memberikan informasi seputar tatanan dalam bermasyarakat, pertama saling tolong menolong, kedua konsisten dan ketiga disiplin. Sejak kecil hingga saat ini tumbuh dewasa kita tidak bisa terlepas dari sebuah komunitas dalam masyarakat, bahkan masyarakat itu sendiri adalah bagian dari komunitas kita. Selama ini kita banyak belajar dan menimba ilmu pengetahuan dan pengalaman dari guru-guru kita, orangtua, sahabat, ulama, kitab suci, dan lingkungan masyarakat tempat tinggal kita.
Hasilnya, ada yang memuaskan dan tidak banyak pula yang merugikan. Kenapa terjadi demikian? ada kesalahan teknis metodik dalam memahami cara bermasyarakat, selama ini kita berpedoman pada literatur tekstual saja, tetapi melupakan literatur kontekstual yang selalu hidup dan berkembang dalam masyakarat. Oleh sebab itu, saya akan mengajak kita semua mengkaji lebih dalam tentang filosofi binatang ciptaan Allah Sang Maha Pencipta dalam rangka melihat lebih dekat kehidupan mereka dalam bermasyakarat. Kendatipun mereka adalah binatang, namun mereka mempunyai tuntutan hidup, manajemen bermasyakarat dan filosofi tersirat yang harus kita pedomani.
Tiga jenis serangga yang menjadi nama tiga surat dalam Alquran adalah semut (An-Naml), laba-laba (Al-Ankabut), dan lebah (An-Nahl). Ketiga binatang itu punya ciri yang khas dan unik. Ketiga binatang kecil ini menjadi kisah dalam Al-Quran tentu ada sebabnya, mengapa menjadi contoh dan dicontohkan, menjadi suri tauladan dalam kehidupan kita.
Semut yang dianggap hewan yang mengganggu keberadaan manusia juga
memiliki nilai yang tidak kalah perlu diteladani dalam memenuhi
kehidupannya. Karakter keseharian semut yang ditunjukkan perlu kita
ambil sari positifnya untuk melangkah dalam dunia kerja dan
keseharian kita. Setidaknya bagaimana semut mempertahankan hidup
dengan lingkungan dapat kita jadikan pedoman positif untuk
mengembangkan bisnis yang notabene diperlukan pekerja handal, ulet,
dan tak pantang menyerah. Berikut ini filosofi-filosofinya yang
mungkin akan membuka wacana anda dalam mengarungi bisnis.
Masyarakat madani adalah masyarakat yang berbudaya, maju dan modern,
setiap warganya menyadari dan mengetahui hak dan kewajibannya
terhadap Negara, bangsa dan Negara serta terhadap sesame, dan
menjunjung tinggi hak-hak manusia. Masyarakat madani adalah
masyarakat suatu masyarakat yang banyak didambakan oleh banyak orang
bahkan oleh masyarakat dunia. Mereka adalah gambaran masyarakat yang
diidealkan oleh Islam, dan pernah menjadi bagian dari sejarah
Rasulullah saw ketika beliau memimpin Negara islam pertama di
madinah.
- Rumusan masalah
Mengingat
Islam memuat ajaran –ajaran yang luas dan global sehingga mencakup
berbagai hal, baik yang berhubungan dengan hablum minalllah secara
vertical maupun hablumminannas secara horizontal dan masing-masing
mempunyai bagian tersendiri. Sehingga dalam tulisan hanya ditekankan
pada pembentukan masyarakat madani pada filosofi semut berdasarkan
surat An-naml , nilai apa dan bagaimana dari ayat-ayat tersebut yang
dapat kita aplikasikan dan mana yang semestinya tidak kita laksanakan
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara maju, modern dan
baradab. Sehingga akan muncul beberapa pertanyaan :
- Karakter semut apa sajakah yang dapat kita terapkan dalam kehidupan bermasyarakat?
- Karakter semut apa sajakah yang tidak seharusnya kita terapkan dalam kehidupan bermasyarakat?
- Dalam hal apa sajakah filosofi semut dapat membentuk karakter pembentukan masyarakat madani?
- Manfaat dan Tujuan
Dengan
membuat tulisan ini, penulis pribadi belajar akan ibrah (makna
pembelajaran) yang terkandung dalam surat An-naml dan dapat
mengaplikasikn ayat-ayat tersebut dalam kehidupan bermasyarakat dan
sangat mendambakan terciptanya masyarakat madani dalam kehidupan
bermasyarakat secara umum di Indonesia dan masyarakat madani dalam
konsep islam yang sesungguhnya.
KARAKTER
MASYARAKAT
- Karakter Masyarakat Semut
Semut yang dianggap hewan yang mengganggu keberadaan manusia juga
memiliki nilai yang tidak kalah perlu diteladani dalam memenuhi
kehidupannya. Karakter keseharian semut yang ditunjukkan perlu kita
ambil sari positifnya untuk melangkah dalam dunia nyata dan
keseharian kita dalam bermasyarakat dan berbangsa.
Dikisahkan dalam Surah An-naml, 27 : 15-19 :
“Dan
sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman, dan
keduanya mengucapkan, segala puji bagi Allah yang melebihkan kami
atas kebanyakan hamba-Nya yang beriman”. Dan Sulaiman telah
mewarisi Daud, dan dia berkata, ‘Hai manusia kami telah diberi
pengertian tentang ucapan burung dan kamiberi segala sesuatu.
Sesungguhnya (semua) ini benar-benar satu karunia yang nyata’. Dan
dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung,
lalu mereka di atur dengan tertib (dalam barisan). Hingga apabila
mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut, “Hai
semut-semut, masuklah kedalam sarang-sarang kalian, agar kalian tidak
diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkanmereka tidak
menyadari.” Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar)
perkataan semut itu. Dan dia berdo’a, Ya Tuhanku, berilah aku
ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah engkaku
anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang Ibu-bapakku, dan untuk
mengerjakan ammal saleh yang Engkau ridhai. Dan masukkanlahakau
dengan rahmat-Mu kedalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”.
Berdasarkan kisah di atas dalam Terjemah Tafsir Al-Maraghi (Hal
223-224) dijelaskan :
Penelitian para peneliti tentang kehidupan semut menunjukkan bahwa ia
mempunyai keajaiban dalam kehidupan dan pengaturan segala urusannya.
Ia menjadikan perkampungan di dalam tanah dan membangun
rumah-rumahnya terdiri atas, atap, ruang tengah dan kamar-kamar yang
bbertingkat-tingkat. Ia memnuhi ruangannya dengan bii-bijian ,
sebagai makanan pokok dimusim dingin dan menyembunyikannya di tempat
tinggal yang berkelok ka atas untuk menghindarkannya dari air hujan.
Ayat ini menggugah akal untuk memperhatikan kerapian dan pengaturan
serta kepemimpinan yang baik yang di anugerahkan Allah kepada semut.
Semut yang menyeru dan mengumpukan kawan-kawanya menunjukkan
bagaimana ia memimpin dan mengatur urusannya, ia telah melakukan
seperti apa yang dilakukan oleh para raja, mengatur dan memimpin
rakyatnya.
Al-Kitab menceritakan hal itu, tidak lain agar menjadi tamsil ibarat
bagi orang yang berakal, sehingga mereka memahami kedaan makhluk ini,
bagiamana semut mangumpulkan kawan-kawanya untuk lari karena takut
binasa, sebagaimana mengumpulkan mereka untuk mencari kebutuhannya,
dan bahwa suatu umat yang dalam mengatur urusannya tidak sampai
kepada seperti apa yng dilakukan oleh binatang, ini benar-benar suatu
umat yang bodoh dan sesat dalam lembah kesesatan, kedaanya lebih hina
disbanding binatang serangga dan kutu rayap.
- Karakter Masyarakat Madani
Kamu adalah umat
yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di
antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah
orang-orang yang fasik. (QS Ali Imran [3]: 110)
Masyarakat
madani merupakan konsep yang berwayuh wajah: memiliki banyak arti
atau sering diartikan dengan makna yang beda-beda. Bila merujuk
kepada Bahasa Inggris, ia berasal dari kata civil society atau
masyarakat sipil, sebuah kontraposisi dari masyarakat militer.
Menurut Blakeley dan Suggate (1997), masyarakat madani sering
digunakan untuk menjelaskan “the sphere of voluntary activity which
takes place outside of government and the market.” Merujuk pada
Bahmueller (1997), ada beberapa karakteristik masyarakat madani,
diantaranya:
- Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif kedalam masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.
- Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang mendominasi dalam masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan alternatif.
- Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh negara dengan program-program pembangunan yang berbasis masyarakat.
- Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena keanggotaan organisasi-organisasi volunter mampu memberikan masukan-masukan terhadap keputusan-keputusan pemerintah.
- Tumbuhkembangnya kreatifitas yang pada mulanya terhambat oleh rejim-rejim totaliter.
- Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-individu mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri.
- Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial dengan berbagai ragam perspektif.
Dari beberapa ciri
tersebut, kiranya dapat dikatakan bahwa masyarakat madani adalah
sebuah masyarakat demokratis dimana para anggotanya menyadari akan
hak-hak dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan mewujudkan
kepentingan-kepentingannya; dimana pemerintahannya memberikan peluang
yang seluas-luasnya bagi kreatifitas warga negara untuk mewujudkan
program-program pembangunan di wilayahnya. Namun demikian, masyarakat
madani bukanlah masyarakat yang sekali jadi, yang hampa udara, taken
for granted. Masyarakat madani adalah onsep yang cair yang dibentuk
dari poses sejarah yang panjang dan perjuangan yang terus menerus.
Bila kita kaji, masyarakat di negara-negara maju yang sudah dapat
dikatakan sebagai masyarakat madani, maka ada beberapa prasyarat yang
harus dipenuhi untuk menjadi masyarakat madani, yakni adanya
democratic governance (pemerinthana demokratis yang dipilih dan
berkuasa secara demokratis dan democratic civilian (masyarakat sipil
yang sanggup menjunjung nilai-nilai civil security; civil
responsibility dan civil resilience).
FILOSOFI SEMUT DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER MASYARAKAT MADANI
- Filosofi Semut
Banyak karakter positif semut dan hebatnya karakter semut yang
seakan sudah menjadi filosofi hidup para semut, dapat dijadikan
pedoman untuk bermasyarakat. Memang filosofi itu sangat sederhana,
namun jika kita dapat menerapkannya, akan kita dapatkan banyak
pelajaran.
Beberapa karakter positif semut yang dapat kita terapkan dalam
kehidupan bermasyarakat, antara lain :
- Semut selalu bekerjasama.
Coba Anda perhatikan cara kerja semut, mulai dari mengangkat sebutir
nasi sampai memakannya. Mereka selalu bekerja sama. Sebutir nasi yang
cukup berat bagi semut, diangkat beramai-ramai ke tempat mereka.
Begitu seterusnya hingga butiran nasi yang mereka angkut mencukupi
kebutuhan makan mereka. Kemudian mereka akan menyantapnya pula
bersama-sama. Kerjasama dan kekompakan para semut bisa Anda jadikan
teladan. Misalnya, saat tetangga kita mengalami kesulitan, maka
kewajiban kitalah untuk membantu. Dan hasilnya bukan untuk
kepentingan pribadi namun demi kepentingan kelompok atau bersama.
- Semut saling peduli.
Kebiasaan semut yang saling bersentuhan (mungkin dalam bangsa
manusia, menegur atau bersalaman) jika bertemu, menandakan bahwa
bangsa semut memiliki kepedulian dan keakraban yang tinggi. Mereka
merasa bahwa tidak ada yang berbeda di antara mereka. Dalam
bermasyarakat, sentuhan yang berarti ‘care’ memberi arti
tersendiri bagi orang disekita kita . Bayangkan, apa jadinya jika di
masyarakat Anda, sudah tidak saling peduli? Sangat menyiksa bukan..?
Maka sikap ini dapat ditumbuhkan untuk menjaga kekompakan dan
menumbuhkan iklim bermasayarakat yang kondusif.
- Semut tidak pernah menyerah.
Bila Anda menghalang-halangi dan berusaha menghentikan langkah para
semut, mereka selalu akan mencari jalan lain. Mereka akan memanjat ke
atas, menerobos ke bawah atau mengelilinginya. Mereka terus mencari
jalan keluar. Suatu filosofi yang bagus, bukan? Maka dalam
bermasyarakat ketika kita dihadapkan pada berbagai permasalahan
sangat di anjurkan menyelesaikan masalah tersebut secara bersama,
dengan berbagai macam cara, dimana prinsip musyawarah (tabayun) duduk
bersama untuk menyelesaikan masalah sangat di anjurkan dalam islam
.Jangan sekali-kali menyerah untuk membuat keputusan secara sepihak
yang nantinya akan sanggat mengganggu dalam pencapaian kehidupan
bermasyarakat yang selaras dan seimbang.
- Semut menganggap semua musim panas sebagai musim dingin.
Ini adalah cara pandang yang penting. Kita tidak boleh menjadi begitu
naif dengan menganggap musim panas akan berlangsung sepanjang waktu.
Semut-semut mengumpulkan makanan musim dingin mereka di pertengahan
musim panas. Karena sangat penting bagi kita untuk bersikap realitis.
Di musim panas Anda harus memikirkan tentang halilintar. Anda
seharusnya memikirkan badai sewaktu Anda menikmati pasir dan sinar
matahari. Berpikirlah ke depan, seperti halnya ’sedia payung
sebelum hujan’.
- Semut menganggap semua musim dingin sebagai musim panas.
Ini juga penting. Selama musim dingin, semut mengingatkan dirinya
sendiri, “Musim dingin takkan berlangsung selamanya. Segera kita
akan melalui masa sulit ini.” Maka ketika hari pertama musim semi
tiba, semut-semut keluar dari sarangnya. Dan bila cuaca kembali
dingin, mereka masuk lagi ke dalam liangnya. Lalu, ketika hari
pertama musim panas tiba, mereka segera keluar dari sarangnya. Mereka
tak dapat menunggu untuk keluar dari sarang mereka.
Dengan
bahasa lain, filosofi semut dapat kita teladani dalam kehidupan
bermasyarakat, menjaga kerjasama, kekompakan, saling peduli, kerja
keras, pantang menyerah, dan optimis memandang masa depan.
Perujukan masyarakat
Madinah sebagai kerangka acuan dalam membangun tatanan masyarakat
Muslim modern merupakan keharusan. Dengan alasan, masyarakat Madinah
adalah umat yang terbaik dalam pandangan Allah. Friman-Nya, “Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah,” (QS Ali Imran [3]: 110).
Menurut Quraish
Shibab, masyarakat Muslim awal disebut umat terbaik karena
sifat-sifat yang menghiasi diri mereka, yaitu tidak bosan-bosan
menyeru kepada hal-hal yang dianggap baik oleh masyarakat selama
sejalan dengan nilai-nilai Allah (al-ma’ruf) dan mencegah
kemunkaran. Selanjutnya Shihab menjelaskan, kaum Muslim awal menjadi
“khairu ummah” karena mereka menjalankan amar ma’ruf sejalan
dengan tuntunan Allah dan rasul-Nya. (Quraish Shihab, 2000, vol.2:
185).
Perujukan terhadap
masyarakat Madinah sebagai tipikal masyarakat ideal bukan pada
peniruan struktur masyarakatnya, tapi pada sifat-sifat yang menghiasi
masyarakat ideal ini. Seperti, pelaksanaan amar ma’ruf nahi munkar
yang sejalan dengan petunjuk Ilahi, maupun persatuan yang kesatuan
yang ditunjuk oleh ayat sebelumnya (lihat, QS. Ali Imran [3]: 105).
Adapun cara pelaksanaan amar ma’ruf nahi mungkar yang direstui
Ilahi adalah dengan hikmah, nasehat, dan tutur kata yang baik
sebagaimana yang tercermin dalam QS an-Nahl [16]: 125.
Dalam rangka membangun “masyarakat madani modern”, meneladani Nabi bukan hanya penampilan fisik belaka, tapi sikap yang beliau peragakan saat berhubungan dengan sesama umat Islam ataupun dengan umat lain, seperti menjaga persatuan umat Islam, menghormati dan tidak meremehkan kelompok lain, berlaku adil kepada siapa saja, tidak melakukan pemaksaan agama, dan sifat-sifat luhur lainnya.
Dalam rangka membangun “masyarakat madani modern”, meneladani Nabi bukan hanya penampilan fisik belaka, tapi sikap yang beliau peragakan saat berhubungan dengan sesama umat Islam ataupun dengan umat lain, seperti menjaga persatuan umat Islam, menghormati dan tidak meremehkan kelompok lain, berlaku adil kepada siapa saja, tidak melakukan pemaksaan agama, dan sifat-sifat luhur lainnya.
Masyarakat madani
dapat didefinisikan sebagai sebuah masyarakat yang mengamalkan budaya
hidup murni berteraskan keadilan, keihsanan dan kebenaran dalam semua
aspek kehidupan seperti sosio-budaya, ekonomi dan politik. Ia
adalah masyarakat yang menghormati hak-hak asasi manusia dan amalan
demokrasi yang berpaksikan kehidupan beragama, berakhlak dan
keutamaan menunaikan tanggung jawab individu dan masyarakat bagi
memelihara serta mempertahankan kesejahteraan dan keamanan
berlandaskan undang-undang. Masyarakat madani juga sebuah
masyarakat yang memberi keutamaan kepada keperluan asas, dinamika
budaya, kecerdasan dan perkembangan ekonomi, menjaga persekitaran dan
mewujudkan pembabitan aktif di kalangan rakyat daripada pelbagai
sudut. Ia juga sebuah masyarakat yang menyanjung tinggi
perkembangan serta penghayatan ilmu, pembentukan peribadi mulia, kaya
dengan daya cipta yang kreatif dan inovatif.
Model bagi masyarakat madani daripada perspektif Islam meletakkan
kedaulatan rakyat terbanyak sewajarnya dihormati tetapi tidak
bertentangan dengan kedaulatan suci dan murni daripada Allah swt.
Ia menekankan kepada hak asasi berteraskan martabat kemanusiaan,
bentuk kerajaan yang berteraskan keadilan dan membenarkan kritikan
daripada pelbagai lapisan rakyat. Bentuk persaingan yang sihat
digalakkan dan mengutamakan pendekatan damai berbanding permusuhan
dan peperangan. Menurut Anwar (1997), masyarakat madani menjadi
penting berikutan proses transformasi dalaman selepas berdekad
menghadapi penjajahan kuasa Barat. Dengan itu, peribadi Asia
yang bakal muncul hasil pertembungan dengan budaya Barat akan
mempertahankan pandangan hidup, peradaban dan prinsip akhlaknya.
“Salah
satu tanda transformasi tersebut adalah perdebatan yang rancak
tentang demokrasi dan masyarakat madani. Telah timbul kesedaran
bahawa tidak memadai Asia muncul sebagai naga ekonomi, ia juga perlu
bergerak untuk membina kekuatan moral dalam pembentukan desa
sejagat. Perdebatan ini berlaku di kalangan generasi baru,
cendekiawan, aktivis masyarakat, seniman dan ahli politik yang
memiliki keyakinan diri dan mendukung kesejagatan nilai demokrasi.
Meskipun perkara ini sering dihubungkan dengan Barat tetapi bagi Asia
perbahasan ini sebenarnya berakar umbi pada tradisi dan budayanya
yang kaya.”
(Gelombang
Kebangkitan Asia,
DAFTAR PUSTAKA
Coyne, Mark S. 1999.
Soil Microbiology: An Exploratory Approach. Delmar Publisher, USA.
Pelczar, Michael J.
1999. Microbiology. McGRAW-HILL INTERNATIONAL EDITIONS, USA.
Waluyo, Lud. 2004.
Mikrobiologi Umum. UMM PRESS, Malang.
Superb.!
BalasHapus